Senin, 06 Juni 2011

Era Baru Sepakbola Indonesia dan Persiba

Era sepakbola Indonesia memasuki era baru, dari era klub semi profesional menjadi klub yang benar-benar profesional. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2011, ditegaskan bahwa penggunaan APBD untuk klub sepakbola professional resmi dilarang, sehingga setiap klub dituntut untuk benar-benar mengelola keuangannya secara mandiri.

Tahun 2011 membawa banyak perubahan bagi persepakbolaan di Kabupaten Bantul, Persiba Bantul yang menjadi ikon sepakbola Bantul sukses menjadi kampiun Divisi Utama musim 2010/2011. Kesuksesan menjadi juara dilengkapi dengan gelar topskor yang diraih Fortune Udo sebagai pencetak gol terbanyak musim ini, tampil meragukan pada awal kompetisi, Udo menjelma menjadi striker yang ditakuti lini belakang lawan. Satu gelar lain yang sukses diraih adalah gelar pemain terbaik yang jatuh kepada kapten tim, Wahyu Wijiastanto.
Menjadi kampiun Divisi Utama 2010/2011 dan lolos ISL, bukan berarti langkah klub yang berdiri pada tahun 1967 ini menjadi mudah, justru tebing terjal telah menanti. Selain harus mencari sumber dana secara mandiri, persoalan lain adalah kurang lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki klub yang bermarkas di Stadion Sultan Agung ini. Keadaan ini membuat managemen harus memutar otak bagaimana mencari sponsor agar mau menanamkan modalnya. Gelar sebagai juara divisi utama bisa menjadi nilai jual yang tinggi untuk menarik para investor.
Ada banyak solusi yang bisa digunakan sebagai masukan untuk managemen untuk menarik minat sponsor, diantaranya:

1. Untuk menjadi klub Profesional, Persiba harus menjadi PT. Persiba bisa menjual sahamnya kepada masyarakat melalui bursa saham/pasar saham. Hal ini lazim dilakukan oleh klub-klub professional diluar negeri. bagi masyarakat yang mempunyai dana bisa membeli saham, sehingga secara tidak langsung dapat memberi dukungan dan mempunyai rasa memiliki terhadap Persiba.
2. Bekerja sama dengan media cetak. Yaitu dengan membuat suatu kolom khusus, di kolom itu terdapat kabar terbaru mengenai perkembangan Persiba. Di kolom itu juga terdapat nomer rekening yang bisa membantu masyarakat jika ingin memberikan bantuan kepada Persiba, selain itu juga memuat besarnya saldo rekening yang memungkinkan masyarakat tahu keadaan keuangan Persiba. Hal ini pernah dilakukan oleh Barito Putera Banjarmasin, klub milik salah seorang pengusaha Kalimantan Selatan. Untuk hal yang satu ini, semua pihak akan di untungkan. Persiba mendapatkan pemasukan melalui rekening yang di buat, supporter juga mendapatkan informasi perkembangan dan juga keadaan keuangan klub, sedangkan untuk media cetak bisa menjadi salah satu sponsor dan menambah nilai jual produknya.
3. Persiba memiliki outlet resmi, di outlet ini menjual berbagai pernak-pernik dan aksessoris resmi Persiba. Outlet ini bisa menjadi unit usaha dan sumber pendapatan milik Persiba. Selama ini saya sering sekali membaca postingan para simpatisan yang ingin mencari merchandise resmi Persiba.
4. Menaikan harga tiket masuk stadion, hal ini menjadi hal yang lumrah untuk sebuah klub yang sudah berlaga di kompetisi teratas liga Indonesia. Bisa juga dengan menjual tiket terusan untuk satu musim kompetisi.
5. Menggaet BUMN dan BUMD potensial. Di Jogjakarta ada beberapa Badan Usaha Nasional semisal Pertamina, Bank Nasional/daerah, penyedia sarana transportasi (KAI maupun Angkasa Pura). Kesemuanya memiliki dana CSR (Corporate Social Responbility) yang boleh dipakai untuk sponsor Olahraga.

Mungkin inilah sedikit masukan dari sekian banyak masukan yang di sampaikan kami sebagai masyarakat dan Paserbumi untuk mendukung Persiba di ISL musim depan. Hendaknya managemen lebih sering membuka situs ini dan mempertimbangkan berbagai masukan dari masyarakat, sebagai media resmi Persiba dan Paserbumi situs ini menjadi penghubung antara managemen, Paserbumi dan masyarakat pada umumnya. *tulisan Joko D, Mahasiswa UNY sekaligus fans Persiba Bantul
Semoga Persiba Bantul dapat bersaing di ISL musim depan.

0 komentar:

Posting Komentar